Kemampuan
suatu bidang khusus tidak cukup untuk bisa dijadikan modal pokok dalam
mendukung kemampuan individu seseorang. Untuk itu diperlukan kecakapan khusus
yang harus dicari dan dilatih sendiri agar lebih baik. Bahwa setiap individu
telah memiliki kemampuan khusus yang diperoleh dari pendidikan formal adalah
suatu yang normal, namun belum cukup untuk menjadi modal dalam beraktifitas.
Dalam dunia dikenal dua macam kemampuan yang harus dimiliki, yakni Softskill dan Hardskill.
Softskill adalah keterampilan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain (INTER-PERSONAL SKILL) dan ketrampilan dalam
mengatur dirinya sendiri (INTRA-PERSONAL SKILL) yang mampu mengembangkan unjuk
kerja secara maksimal. Sedangkan Hardskill
yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan ketrampilan teknis yang
berhubungan dengan bidang ilmunya. Seperti sarjana hukum seharusnya menguasai
ilmu dan memahami bidang hukum, Dokter harus mumpuni bidang ilmu kedokteran
Pemain sepak bola mempunyai ketrampilan teknik menggiring bola Setiap profesi
dituntut mempunyai hardskill yang
khusus, tetapi softskills bisa
merupakan kemampuan yang harus dimiliki di setiap profesi.
Untuk meningkatan
kemampuan personel lembaga, khususnya dalam hal softskill, beberapa waktu yang lalu LOS DIY mengadakan pelatihan public speaking. Mengapa materi ini perlu diberikan, karena disamping
memiliki tugas melakukan pengawasan kaitannya dengan penegakan etika bisnis,
juga memiliki tugas mensosialisasikan kegiatan dan program kelembagaan ke
masyarakat dan pemerintah. Disamping itu
juga berguna untuk Presentasi, Penyuluhan, Pidato, Moderator, Membawakan acara, Menjadi Nara Sumber, Memimpin rapat dan lain-lain.
Pelatihan Publik Speaking diberikan oleh Ibu Dra. Lena Satlita, seorang
akademisi sekaligus praktisi di bidang public speaking.
Beliau
menyampaikan di awal bahwa untuk menjadi seorang pembicara yang baik tidak
sekedar kemampuan materi bahasan, namun juga diperlukan persiapan-persiapan
yang lain. Ibaratnya modal tidak sekedar berani berbicara di depan umum, namun
juga ada teknik-teknik dan persiapan sebelumnya. Berbicara adalah seni, artinya
bukan hanya apa yang dibicarakan tetapi bagaimana membicarakannya. Kemampuan
berbicara bukan hanya berarti berbicara lancar, melainkan suatu kemampuan untuk
berbicara secara jelas, padat dan mengesankan.
Public
speaking juga terkait dengan membangun kekuatan pribadi dan menciptakan brand
image yang kuat didepan public, sehingga perlu persiapan sebelumnya. Persiapan
sebelum acara antara lain dengan peregangan, mengendurkan otot-otot kepala,
minum air putih dan memastikan hal teknis lainnya. Teknik berbicara yang baik
meliputi melatih vocal yang baik, memukau lewat kata-kata dan berbicara secara
sistematis dan terstruktur.
Jika ada mitos
yang menyatakan kemampuan berbicara dikarenakan bakat itu tidaklah benar. Faktanya
kemampuan berbicara adalah hasil latihan yang intensif disertai praktik.
Semakin sering mencoba dan tampil di muka umum, baik acara formal maupun non
formal maka kemampuan berbicara seseorang akan semakin baik. Ada beberapa
kendala yang sering ditemui untuk berbicara didepan umum, antara lain
Tidak Tenang, Demam Panggung, Kurang
Percaya Diri, Malu, Takut, Grogi. Kendala-kendala ini bisa diatasi dengan cara
berlatih dan persiapan sebelumnya. Ada dua cara untuk mengendalikan kecemasan
ketiuka berbicara di depan umum, yakni jangka panjang dan jangka pendek. Untuk
Jangka Panjang: meningkatkan pengetahuan
tentang komunikasi, teknik-teknik berbicara di depan umum, berlatih, jam
terbang, sedangkan Jangka Pendek: teknik relaksasi untuk mengendurkan
otot-otot, tarik nafas dalam-dalam, minum air putih, berbaur, menggoyangkan
tangan secara perlahan, berfikir positif.
Public speaking juga sangat mempertimbangkan Situasi, Tempat, Waktu,
Acara, Khalayak pendengar. Ada lima hukum dalam berkomunikasi yang sering
disingkat dengan REACH, yakni Respect (sikap hormat dan sikap
menghargai terhadap khalayak atau hadirin), Empathy (kemampuan kita untuk
menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain),
Audible
(dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik), Clarity (kejelasan
dari pesan yang kita sampaikan yang sangat tergantung pada kualitas suara kita
dan bahasa yang kita gunakan), Humble (sikap rendah hati karena
dengan kerendahan hatilah kita dapat menangkap perhatian dan respon yang
positif dari publik pendengar kita).
Ibu Lena
menekankan bahwa publik speaking
terkait dengan teknik berbicara yang efektif, artinya antara isi dan cara
penyampaiannya harus sesuai. Sehingga apa yang disampaikan bisa diterima oleh
pendengar. Hal yang penting dalam berbicara didepan publik antara lain isi
pesan yang disampaikan, kepada siapa pesan disampaikan dan bagaimana pesan
tersebut disampaikan. Cara penyampaian terkait dengan intonasi atau kualitas
suara yang digunakan. Ada jenis suara
yang tidak enak didengar, yaitu lemah atau lirih, Mendesah, Parau, tinggi,
sengau, kasar, monoton, dan membosankan. Beberapa jenis suara tersebut bisa
membuat pendengar tidak tertarik bahkan acuh ketika kita berbicara meskipun
materi yang disampaikan sangatlah penting. Selain berbicara (verbal) ada
beberapa cara untuk menarik perhatian pendengar dengan non verbal yakni dengan Gerakan
tangan, Senyum, kontak mata (Eye Contact),
Isyarat, Ekspresi Muka, Sikap dan gerak gerik, dan Penampilan.
Nara sumber
juga menyampaikan ada metode yang bisa digunakan ketika berbicara didepan umum,
yakni Metode Penyampaian AIDDA; Attention, memberitahukan terlebih
dahulu apa yang akan disampaikan untuk menarik perhatian public. Interest, menunjukkan manfaat yang dapat
diperoleh publik bila mereka mau menerima apa yang disampaikan pembicara. Desire, menumbuhkan hasrat pada perasaan
public. Decision, memberikan
kemungkinan kebebasan untuk memilih/mempertimbangkan alternatif-alternatif agar
publik dapat mengambil keputusan. Action,
menganjurkan/mendorong publik untuk bertindak sesuai tujuan penyampaian pesan
dengan tetap memperhatikan “keputusan” yang telah diambil. Dengan menggunakan
metode tersebut diharapkan pendengar bisa mengikuti dan memperoleh hasil atau
manfaat yang diinginkan setelah mendengar materi yang kita sampaikan.
Selain
beberapa hal di atas, seorang pembicara juga harus memperhatikan gaya berbicara
di depan umum. Sebaiknya seorang pembicara harus bebicara
dengan gaya orisinil, jangan dibuat-buat apalagi jika acaranya formal. Memang
kadang dibutuhkan semacam joke untuk mencairkan suasana, namun juga harus
menyesuaikan peserta yang mendengarkan. Berbicaralah
dengan sikap sederajat (tidak menggurui), agar tidak ada kesan berjarak antara
pendengar dengan pembicara. Berbicara dengan
nada yang tidak menjemukan/monoton untuk menghindari kebosanan pengengar. Berbicara dengan tempo yang teratur, berhenti sejenak
(koma), berhenti lama (titik) untuk memberi kesempatan menyimpan dalam ingatan
kepada kita sebagai pembicara maupun pendengar. Berbicara dengan penekanan pada hal-hal tertentu untuk mendapat perhatian. Berbicara dengan tetap memelihara kontak pribadi dengan
hadirin. Berbicara dengan wajah yang
cerah, antusias/ gairah/ semangat. Mengetahui dan peka situasi hadirin (kelompok kecil/ rasional, kelompok
besar/emosional, keinginan hadirin). Berbicara dengan seluruh kepribadian anda: wajah, tangan dan tubuh (olah
visual) tidak sekedar duduk dan berbicara.
Akhir dari
pelatihan ditekankan pada poin-poin yang harus disiapkan sebelum berbicara
didepan umum, yakni memahami materi yang akan disampaikan, mengetahui calon
pendengar dan yang tidak kalah penting
adalah persiapan teknis maupun non teknis sebelumnya. Sekian.
Komentar
Posting Komentar